Rabu, 04 Maret 2015

Abaikan



Hallo kamu, apa kabar ?
Aku disini selalu ngedoain kamu agar selalu baik-baik saja.
Aku kangen. Kangen banget

Kalo dulu aku selalu ngomong itu sama kamu tanpa canggung, kalo sekarang aku hanya berani mengungkapkan itu disini. Lewat media yang bahkan mungkin tidak akan pernah kamu baca.
Pengecutkah aku ? aku tahu sebenarnya aku tidak harus melakukan ini bahkan tidak aku lakukan, tapi sungguh percayalah aku masih disini bersama rasa kangenku. Menunggu, menunggu kamu.
Tidakkah kau merasakan rasa kangenku itu ? ah kuganti saja pertanyaanku. Tidakkah kau juga merindukan aku ? kita ? masihkah kau ingat dengan kata “kita”, atau telah kau buang jauh-jauhkah kata kita itu dari benakmu ?

Kaliini aku ingin bercerita, dengarkan aku atau mungkin setidaknya bacalah tulisanku ini sampai selesai.

Kamu ingat ketika kita pertama kali kenalan ?
Saat itu kamu menyapaku dengan tingkah konyolmu itu haha, lalu sapaan itu berubah menjadi obrolan yang membuat kita nyaman satu sama lain, setidaknya aku yang merasakan nyaman itu dan aku tidak tahu bagaimana denganmu. Setiap hari sapaan itu menggoreskan sedikit senyuman kecil di bibirku.

Kamu ingat ketika kita pertama kali bertemu ?
Saat itu kamu mengajakku untuk makan di luar. Taukah? Aku sangat malu dan jantungku berdegup kencang ketika aku akan bertemu denganmu. Aku bingung, aku canggung dan aku aahhh sangat  sulit diungkapkan. Banyak hal yang kita bicarakan ketika itu, dan kamu rekan berbicara yang baik J

Kamu ingat apa yang terjadi dengamu setelah kita bertemu ?
Pendapatku kamu menjadi sedikit manis setelah itu, ucapan selamat pagi dan selamat malammu selalu ada dan aku sangat senang haha dan aku tidak canggung lagi, cukup ku akui hari-hariku selalu ceria pada saat itu. Daannnn.....

Kamu ingat ketika kita bertemu (lagi)?
Kamu mengajakku keluar entah apa rencanamu pada saat itu dan rasanya aku tidak bisa sekali untuk menolak huhu. Kita bertemu dan mulai mengobrol seperti biasa, melihat suasana sekitar dan kamu ingat kita melihat orang-orang yang sedang bermain ski air? Kamu ingin bermain juga -_- haha kamu cukup bisa membuat tertawa rupanya, lalu kita membicarakan orang yang sedang berfoto? Rekan yang baik untuk bergosip *eh. Sore, aku mengajak pulang dan kamu pun mengiyakan. Ingat ? kamu memberiku sebuah novel yang judulnya pun manis dan setelah itu kamu menyatakan perasaanmu kepadaku. Kamu sangat pintar untuk memberiku kejutan rupanya, dan aku dengan senang hati menerimanya.

Dimulailah kisah ‘Kita’ yang indah itu, menjadi sebuah pasangan atau yang anak zaman sekarang katakan itu pacaran. Kamu mengisi hari-hariku dengan cerita keseharianmu, tingkah konyolmu, serta canda tawa kita. Walaupun, tak jarang kita sering bertengkar, egois satu sama lain, atau mungkin lebih banyak aku. Maaf jika aku sering mengecewakanmu. Ketika kau bicara kalau ‘marahin aja aku kalo ada salah’ taukah ? aku sangat tidak ingin kita bertengkar, aku berusaha menahan emosiku ketika aku kesal, berusaha mengurangi egoku ketika aku marah walau aku masih sering bertingkah seperti anak kecil yang ngambekan. Itu hanya akal bulusku saja untuk mendapat perhatianmu. Aku tidak ingin mengecewakanmu dengan emosiku jadi aku hanya bisa diam, bertingkah seolah kita tidak ada apa-apa walau didalam hatiku menangis. Ketika kita ada masalah dan aku hanya diam karena aku berpikir, waktu kita untuk bertemu dan berkomunikasi saja sudah terbatas dan aku tidak ingin membuang waktu kita untuk hal yang malah membuat hubungan kita semakin runyam. Aku salah aku tau, sekali lagi maaf.

Maaf terlalu sering memaksakan, maaf sudah terlalu sering menyusahkan, terlalu sering membuat kesal, terlalu sering membuatmu bosan. Maaf aku tidak sesempurna yang kamu inginkan bahkan mungkin berkebalikan.
Tapi aku masih sayang. Aku ingin kita kembali, menjadi kita yang ‘bahagia’ sebelum masa kelam itu membawa kesedihan hingga akhirnya menghapus kita sedikit demi sedikit. Maukah ?

Senin, 19 Januari 2015

Sebuah Pesan yang Tak Tahu Kapan akan Sampai

Aku merindukan
merindukan duduk berdampingan denganmu
merindukan suara khas dari mulut itu
merindukan canda tawa kita
merindukan keberadaanmu disampingku

bercerita, bersenda gurau melepaskan beban satu sama lain
aku rindu saat itu.
entah bagaimana denganmu, apakah kau juga ?

Hai! Apakabar ?
lama tak berjumpa, mungkin aku sudah lupa bagaimana rasanya hal yang kukatakan tadi.
rasanya kita kemarin bertemu bukan?
itu semua tak cukup membalaskan rasa rinduku padamu

kalo tak salah kuingat, kita kemarin membicarakan 'kita'
kita yang dulu berbeda dengan kita yang sekarang, bukan ?
kalo boleh aku jujur, aku ingin kembali kepada kita yang dulu.
kita yang sebagaimana harusnya terjadi, kita y7ang dulu sama-sama memiliki satu prinsip.

boleh dibilang, aku sangat senang apa yang terjadi kemarin.
tapi malu rasanya ketika bayangan yang aku harapkan tak seindah kenyataan.
tidak bisakah kita kembali?
tidak bisakah kita melanjutkan cerita indah kita yang sempat tertunda ?
tidak adakah keinginanmu untuk mewujudkan apa yang aku harapkan ?
oh maaf, mungkin aku terdengar memaksamu.
tapi sungguh, yang aku inginkan sekarang adalah bersamamu.
menjadi milikmu lagi, dan kita berusaha menghapus kesalahan masa lalu agar tidak terulang lagi dimasa depan.

kembalilah, kumohon.
aku masih menyayangimu