Sabtu, 04 Agustus 2012

Puisi


Pernah aku mengerahkan sakit yang kupunya pada ujung jemari. Membuatnya menari bersama hujan yang menyapa bumi. Kamu membenci hujan, becek, lembab, dan basah yang membuatmu merana. Namun kita sama-sama mencintai pelangi setelah hujan reda. Hujan tak selalu menghantarkan rindu terkadang dia mengirim tetesan yang memukul dinding masa lalu.


Aku pernah bertanya, bisakah hujan melarutkan rasa gundah ? sayang , hujan terlalu malas untuk berbalas sapa. Aku pernah mencintai hujan yang membantuku menyamarkan air mata. Aku membenci kepalsuan tapi harus tersenyum walau duka meraja. Bagiku, romantic bukan ketika menatap hujan yang merintik dalam gerak lambat. Tetapi merekam setiap senyum yang pernah kamu buat.

Aku pernah merasakan hangatmu memeluk sela jemari. Memandang keluar jendela, menghitung sisa tetes hujan tadi. Kamu, jarang merangkai aksara indah. Tapi kamu selalu berhasil mengusir air mata dan menghadirkan tawa. Namun, semua yang kini aku genggam hanyalah satu kata : PERNAH.
Bisakah kamu kembali menjadi kamu ? akankah kamu dan aku melebur menjadi kita ? …. Karena aku tak pernah suka pada kata pernah. TAK PERNAH !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar